Rabu, 05/03/2008 05:35
Surabaya, NU Online
Buku Mantan Kiai NU Menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik karya H Mahrus Ali, menurut KH Ali Masyhuri (Gus Ali) tidak lebih sebagai buku yang memalukan. “Itu sangat memalukan,” tuturnya dengan nada tinggi.
Menurut Gus Ali, di jaman yang serba susah ini, ketika pendidikan umat Islam kian mundur menghadapi globalisasi, dan semakin banyak jumlah orang miskin, seharusnya orang menulis buku yang ada manfaatnya untuk kaum muslimin. “Mestinya orang menulis buku bagaimana caranya agar pendidikan dan ekonomi umat Islam ini maju, bukan malah ungkit-ungkit persoalan yang tidak pernah selesai itu,” tandasnya dengan perasaan penasaran.
“Itu artinya,” kata Gus Ali, “Mahrus dan pemberi kata pengantarnya itu tidak paham dengan esensi ajaran Islam, memalukan,” pengasuh Pondok Pesantren Bumi Shalawat Tulangan itu menegaskan. “Buku itu tidak ada manfaatnya blas, malah hanya memancing kemarahan dan merusak ukhuwah,” tandasnya.
Lebih jauh Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur itu menghimbau kepada kaum nahdliyin agar tidak terpancing. Apalagi ketika penulisnya tidak mau diajak dialog terbuka. “Mestinya penulis itu bersikap dewasa dan berani bertanggung jawab dengan apa yang ditulisnya,” kata Gus Ali.
Dialog yang diinginkan di IAIN itu nantinya, menurut Gus Ali, adalah ingin menguji sejauh mana validitas data yang dipakai oleh H Mahrus. Bukan main pukul dan menang-menangan. “Tapi mengedepakan ilmu dan kebenaran, bukan untuk adu jotosan,” ujarnya dengan gayanya yang khas.
Untuk saat ini, menurut Gus Ali, banyak pengurus NU yang dibuat bingung oleh sikap H Mahrus. Menulis buku yang menyinggung perasaan, tapi diajak dialog untuk mempertanggungjawabkan malah tidak mau. “Tidak ditanggapi itu realitas, ditanggapi itu tidak ada manfaatnya,” tuturnya. (sbh)
Buku Mantan Kiai NU Menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik karya H Mahrus Ali, menurut KH Ali Masyhuri (Gus Ali) tidak lebih sebagai buku yang memalukan. “Itu sangat memalukan,” tuturnya dengan nada tinggi.
Menurut Gus Ali, di jaman yang serba susah ini, ketika pendidikan umat Islam kian mundur menghadapi globalisasi, dan semakin banyak jumlah orang miskin, seharusnya orang menulis buku yang ada manfaatnya untuk kaum muslimin. “Mestinya orang menulis buku bagaimana caranya agar pendidikan dan ekonomi umat Islam ini maju, bukan malah ungkit-ungkit persoalan yang tidak pernah selesai itu,” tandasnya dengan perasaan penasaran.
“Itu artinya,” kata Gus Ali, “Mahrus dan pemberi kata pengantarnya itu tidak paham dengan esensi ajaran Islam, memalukan,” pengasuh Pondok Pesantren Bumi Shalawat Tulangan itu menegaskan. “Buku itu tidak ada manfaatnya blas, malah hanya memancing kemarahan dan merusak ukhuwah,” tandasnya.
Lebih jauh Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur itu menghimbau kepada kaum nahdliyin agar tidak terpancing. Apalagi ketika penulisnya tidak mau diajak dialog terbuka. “Mestinya penulis itu bersikap dewasa dan berani bertanggung jawab dengan apa yang ditulisnya,” kata Gus Ali.
Dialog yang diinginkan di IAIN itu nantinya, menurut Gus Ali, adalah ingin menguji sejauh mana validitas data yang dipakai oleh H Mahrus. Bukan main pukul dan menang-menangan. “Tapi mengedepakan ilmu dan kebenaran, bukan untuk adu jotosan,” ujarnya dengan gayanya yang khas.
Untuk saat ini, menurut Gus Ali, banyak pengurus NU yang dibuat bingung oleh sikap H Mahrus. Menulis buku yang menyinggung perasaan, tapi diajak dialog untuk mempertanggungjawabkan malah tidak mau. “Tidak ditanggapi itu realitas, ditanggapi itu tidak ada manfaatnya,” tuturnya. (sbh)
Judul: Mahrus Ali Itu Memalukan!
Rating Blog: 5 dari 5
Ditulis oleh Admin
Anda sedang membaca artikel Mahrus Ali Itu Memalukan!. Jika ingin mengutip, harap memberikan link aktif dofollow ke URL http://mantankiainu.blogspot.com/2012/07/mahrus-ali-itu-memalukan.html. Terima kasih sudah singgah di blog ini.
Rating Blog: 5 dari 5
Ditulis oleh Admin
Anda sedang membaca artikel Mahrus Ali Itu Memalukan!. Jika ingin mengutip, harap memberikan link aktif dofollow ke URL http://mantankiainu.blogspot.com/2012/07/mahrus-ali-itu-memalukan.html. Terima kasih sudah singgah di blog ini.
Gak usah ditanggapai, hanya Mantan Kyai NU aja, temanku yang MANTAN MALING aja gak koar-koar sembarangan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
ReplyDeleteEmang pernah jadi kiai ya orang itu?
ReplyDeletedari muka nya( mahrus ali)...jauh banget dari tampang kiyai
ReplyDeletetampang plagiat......nyuruh orang njauhi leluhur,gak blh tilik kubur.
ReplyDeleteAlhamdulillah..saya nemui blog pembanding dri blog "MANTAN KYAI NU" yg dasar warnanya ijo itu.
demikian kondisi umat Islam zaman kini, senangnya membuat gejolak, tapi masih banyak benernya, kalo nggak gitu para kyai makin larut masing-masing dengan urusan dunianya, paling banyak positifnya sebagai orang beriman :
ReplyDelete1. Kita mengerti dan memahami karakter banyak kyai dizaman kini.
2. Diuji kemampuan tauhid para kyai NU
3. Kyai disuruh banyak belajar lagi dalam mendalami hakikat Diinul Islam
4. Salah satu orang yang memiliki sifat musyrik mudah tersinggung dan emosional, karena muncul nafsu amara bissuu`i tidak nafsul mutnainnah, dan kita mengetahui marahnya seorang kyai karena nafsu akan merusak umat.
5. Jika seorang beriman tidak mudah tersinggung, jika memang benar apa yang dijalankannya tak menimbulkan masalah, mengapa harus marah, Nu hanyalah suatu organisasi, jika kita marah sama saja NU nya dikultuskan, jika kita ruju AlQuran bisa kita tebak sebenarnya yang kurang benar dimata Allah siapakah sebenarnya? cobalah analisa...............masing-masing punya fikiran dan hati...........biar kyai punya kerjaan
teu ngarti mas Jim
Delete