Friday, July 27, 2012

Mahrus Ali Meragukan Kitab al-Ruh Karangan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah

Dalam kitab al-Ruh karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (ulama rujukan wahabi) terdapat beberapa kisah yang mengindikasikan bahwa orang yang sudah  meninggal dapat memberikan manfaat terhadap orang yang masih hidup. Tentunya hal ini sangat berseberangan dengan keyakinan kaum Wahabi pada umumnya, termasuk juga Mahrus Ali.  Dan ketika argumen-argumen ini disodorkan kepada Mahrus Ali sering ditanggapi dengan kurang obyektif.

Seringkali Mahrus Ali dengan berani menyalahkan hasil ijtihad guru-guru besar di kalangan Wahabi, seperti Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Taimiyah, dan Muhammad bin Abdul Wahhab tentang apa yang mereka sampaikan bertentangan dengan keyakinan umum ummat Wahabi. Bahkan yang lebih parah lagi Mahrus Ali mengangggap bahwa al-Ruh bukan karya Ibnu Qayyim!.


Dalam buku Sesat Tanpa Sadar (hal. 95), Mahrus Ali berkata :
“Tim LBM NU Jember dalam MKB (hal. 16-17) menyitir pernyataan Ibnu Qayyim al-Jauziyah  ulama besar yang biasanya tidak punya harga di kalangan mereka, sebagai berikut:
Nabi SAW telah menetapkan kepada umatnya, apabila mereka mengucapkan salam kepada ahli kubur agar mengucapkannya seperti layaknya salam yang diucapkan kepada orang yang masih hidup yang ada di hadapannya, dan ini berarti berbicara kepada orang yang mendengar dan berakal, andaikan tidak demikian, niscaya khitab ini sama dengan berbicara kepada sesuatu yang tidak ada atau tidak berjiwa. Ulama salaf sepakat tentang hal ini, dalil-dalil atsar seluruhnya mutawatir dari mereka bahwa mayyit mengetahui ziarahnya orang yang hidup, dan merasa senang dengannya. (al-Ruh, hal. 24)

Setelah menyebutkan pernyataan di atas Mahrus Ali berkomentar dalam bukunya:
”Sebagaimana disampaikan oleh Ulama Tahqiq, sangat meragukan jikalau kitab tersebut disandarkan kepada Ibnu Qayyim, bisa saja beliau mengarangnya tetapi pada waktu dalam permulaan mencari ilmu.” (Sesat Tanpa Sadar, Mahrus Ali, hal. 95)

Sebenarnya dengan perkataan itu Mahrus Ali harus mengajukan bukti bahwa kitab tesebut memang bukan karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Alangkah bagusnya andaikata Mahrus Ali mau membaca literatur Ibnu Qayyim yang seperti ini dengan pandangan ingin mengetahui kebenaran.

Untuk menjawab komentar Mahrus di atas, kami akan mengutip pernyataan al-Syaikh Bakar Abdullah Abu Zaid, salah satu ulama senior wahabi, beliau berkata dalam kitab Ibnu Qayyim al-Jauziyyah Hayatuhu, Atsaruhu Wa Mawariduhu  tentang keabsahan nisbah kitab al-Ruh terhadap Ibnu Qayyim al-Jauziyyah:

“Sudah populer di kalangan para penuntut ilmu bahwasannya kitab al-Ruh dikatakan bukan sebagai karya Ibnu Qayyim, seandainya memang itu adalah tulisan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, berarti beliau telah menulisnya sebelum menjadi murid Ibnu Taimiyah. Pernyataan inilah yang sering dibicarakan para ulama di majelis-majelis ilmu, akan tetapi saya tidak pernah mendapatkannya terbukukan dalam satu kitab, barangkali memang ada, akan tetapi belum terbaca oleh kami.” Permasalah yang timbul ini menggerakkan saya untuk mengkaji kembali serta membaca sekali lagi al-Ruh dari pertama sampai akhir, yang menghasilkan dua kesimpulan sebagai berikut:
  1. Kitab al-Ruh murni karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, hal ini didasarkan pada beberapa alasan: Pertama, kitab ini banyak dikutip oleh beberapa ulama terkemuka dalam kitab-kitab mereka, seperti al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani. Kedua, Ibnu Qayyim mengisyaratkan akan adanya kitab ini dalam kitabnva yang lain yaitu Jala’ al-Afham di bab keenam, tatkala beliau menerangkan satu hadits, beliau berkata: ” Aku tulis hadits ini secara komprehensif dalam kitabku al-Ruh”. Ketiga, kitab ini mendapat apresiasi tinggi dari al-Imam Burhanuddin al-Biqa’i salah seorang murid al-Hafizh Ibnu Hajar, dengan menulis intisari kitab tersebut, dan beliau beri nama Sirr al-Ruh. Keempat, dalam kitab al-Ruh Ibnu Qayyim menyebut kitab yang lebih besar, yaitu Ma’rifah al-Ruh Wa al-Nafs, kitab ini juga beliau sebutkan dalam Jala’ al-Afham. Kelima, kalau kita betul-betul pengalaman membaca karya-karya Ibnu Qayyim serta memahami seluk-beluk bahasa yang digunakan, kita akan tahu bahwa al-Ruh merupakan tulisan Ibnu Qayyim.
  2. Kitab al-Ruh ditulis setelah beliau berguru dengan Ibnu Taimiyah, hal ini meninjau dua alasan: Pertama, kutipan beliau akan pernyataan Ibnu Taimiyah dalam kitab tersebut, malah kitab tersebut beliau tulis setelah gurunya tersebut meninggal. Kedua, dalam urusan Aqidah beliau mengikuti konsep aqidah Ibnu Taimiyah, yaitu pembagian tauhid menjadi tiga, uluhiyyah, rububiyyah, dan asma’ wa al-sifat.
Kesimpulan dari pernyataan Syaikh Bakar Abdullah Abu Zaid sangat jelas, bahwa kitab al-Ruh adalah karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah, serta ditulis setelah berguru kepada Ibnu Taimiyah. Bahkan kitab tersebut ia tulis setelah gurunya meninggal. Yang menjadii pertanyaan, apa yang melandasi pendapat Mahrus Ali bahwa kitab al-Ruh bukan karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah? Apakah hanya dikarenakan kitab tersebut banyak menyebutkan hal-hal yang berseberangan dengan faham Wahabi?
Wallahu a’lam.
(Oleh: Ust. M. Idrus Ramli dalam buku “Kiai NU atau Wahabi yang Sesat Tanpa Sadar?”)

Inikah Ulama Anda? Sholat Jum'at di rumah, di atas tanah, memakai sendal.
Judul: Mahrus Ali Meragukan Kitab al-Ruh Karangan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah
Rating Blog: 5 dari 5
Ditulis oleh Admin
Anda sedang membaca artikel Mahrus Ali Meragukan Kitab al-Ruh Karangan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah. Jika ingin mengutip, harap memberikan link aktif dofollow ke URL http://mantankiainu.blogspot.com/2012/07/mahrus-ali-meragukan-kitab-al-ruh.html. Terima kasih sudah singgah di blog ini.
Judul: Mahrus Ali Meragukan Kitab al-Ruh Karangan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah; Ditulis oleh Admin; Rating Blog: 5 dari 5

5 comments:

  1. sayapun sebenarnya masih sangat dangkal memahami Islam, dan sya terus belajar sambil memohon petunjuk yang Haq kepada Allah, apakah Allah swt membiarkannya, tentunya tidak Allah swt tidak pernah berbuat dzolim kepada apa dan siapapun yang diciptakannya, kita saja yang banyak zolim kepada Allah, sebaiknya bukan saran, cuma fikiran ana yang positif, mungkin sebaiknya banyak-banyaklah mohon petunjuk kembali kepada Allah bagi pak mahrus dan yang lainnya, agar Allah swt memberikan jalan yang terbaik, apakah fikiran pak Mahrus hanya membuat para kyai suruh mikir lagi bahwa kemusyrikan sangat tipis pada diri seseorang yang mengakui beriman, dan dan tak ada yang lolos sekecil apapun dimata Allah, dimata manusia boleh lolos karena Allah tidak memandang papan nama sesorang kecuali hanya taqwanya yang dimuliakan( AlHujurat)

    ReplyDelete
  2. Perseteruan antara yang Benar dan yang Sesat, belumlah berakhir! Setelah Tim LBM NU Cabang Jember, menanggapi buku “MANTAN KIAI NU MENGGUGAT SHOLAWAT & DZIKIR SYIRIK” ( H. Mahrus Ali)”, dengan menghadirkan hadits-hadits shohih. Karena ditulis begitu. Apalagi ketua penulisnya seorang Kiai, punya gelar lagi – ahli hadits – KH. Abdullah Syamsul Arifin, MHI. Siapapun orangnya yang membaca buku bantahan itu, saya yakin banyak orang percaya kebenaran hadits-haditsnya.

    Begitu hadir buku, “BONGKAR KESESATAN DEBAT TERBUKA KYAI NU DI IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA’, 'SESAT TANPA SADAR’ & ’MEMBONGKAR KESESATAN KYAI-KYAI PEMBELA BID’AH HASANAH”, KH. Mahrus Ali membongkar kebohongan demi kebohongan serta kesesatan Kyai LBM NU Cabang Jember tersebut !! Kemudian muncul buku, MELURUSKAN KESALAHAN BUKU PUTIH KYAI NU', namun TIDAK ILMIAH. Oleh karena itu tidak sepantasnya Kyai Afrakhi Abdul Ghani meladeni baik dalam tulisan ilmiah maupun dialog ! Kini muncul buku kedua yang beredar belakangan ini, dan kalau kita perhatikan di bagian atas sampul depannya maka akan terpampang dua nama orang besar, yaitu bapak Prof. Dr. KH. Malik Madani (Katib Aam Pengurus Besar NU) dan Habib Zain Bin Hasan Baharun (Pengasuh PP Darullughah Wadda’wah Raci Bangil Pasuruan Jatim). MasyaAllah, dua nama tokoh yang cukup terkenal dan berkedudukan pula.

    Namun apakah sudah menjamin bahwa buku,”Kiai NU atau Wahabi YANG SESAT TANPA SADAR?” Jawaban Terhadap buku-buku Mantan Kiai NU, yang diberi pengantar oleh tokoh-tokoh besar ini isinya bagus, benar dan bermutu?! Mohon para pembaca sabar sebentar, insyaAllah akan kita buktikan bersama. Dan sebentar lagi kita akan mengetahui jawabannya ! Siapakah Yang Benar-benar SESAT TANPA SADAR ?!

    Selamat Membaca.









    ReplyDelete
  3. Bongkar Kesesatan Idrus Ramli Dalam Buku, ' Kiai NU atau Wahabi YANG SESAT TANPA SADAR?” Jawaban Terhadap buku-buku Mantan Kiai NU', Buku ini merupakan buku kedua (jilid II) dari buku Jawaban Untuk Idrus Ramli & Tokoh-Tokoh NU 01

    Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah dengan ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang bodoh─alhamdulillah, setelah Mantan Kiai NU telah mematahkan semua hujjah Tim LBM NU— Jember yang bagaikan sarang laba-laba─Sebagaimana tak samar lagi bagi setiap orang yang mempunyai bashirah (ilmu), yang telah membaca buku, “Kiai NU atau Wahabi Yang Sesat" ? maka ia akan menemukan beberapa kerapuhan pendalilan dari sudut metodologi, tanpa seleksi, dan memuat apa saja hadits palsu dan lemah. Sehing tidak sepantasnya bersandar kepada buku semacam ini dan buku serupa lainnya. Ini penting, sebab tidak semua orang mau mencari kebenaran dari sudut memahami pembahasan secara menyeluruh—Beda dengan rujukan buku-buku Laa Tasyuk! Press yang dibangun atas dalil yang shahih sesuai pemahaman salafus sholih, yang mengikuti jejak langkah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang ditempuh para shahabat yang mulia, sehingga benar-benar Ilmiah dan masuk diakal. Hal inilah yang membuat pembacanya semakin mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah sesuai dengan akal dan hati nuraninya—Tak berlebihan jika buku-buku Mantan Kiai NU mendapat sorotan luas tak hanya public Indonesia namun juga luar Negeri. Selain dibaca masyarakat umum, buku-buku tersebut juga dibaca kalangan NU! Sampai saat ini !! Sehingga sekarang ini sudah mulai banyak orang-orang NU hijrah ke Aqidah yang benar, dan mereka juga sudah meninggalkan sunah-sunah bikinan ulama-ulama Ahli Bid’ah —KH. Idrus Ramli cs pun “merah” telinganya bahkan merasa keberatan dan tidak terima dengan terbitnya buku-buku Laa Tasyuk ! Press, karena dianggap mengkafir-kafirkan dan menyesat-nyesatkan serta berbuat ini dan itu—ini disebabkan tidak lain hanyalah kedustaan dan rekaan. Hal itu dilakukan adalah untuk melarikan saudara- saudara pemula dan para pemuda dari dakwah yang benar. Semoga jilid kedua ini akan semakin membuka cakrawala pembaca tentang sosok orang-orang jahil dan pendusta Agama. Selamat membaca!




    ReplyDelete
  4. semoga pk mahrus ali cepat sadar dan kembali kepada Allah doain agar beliau di berikan petunjuk yang haqq amin

    ReplyDelete
  5. Islam lurus, ada dlm Qs,1 ayat 6-7. Qs, 4:69, dan 80. masihbingung !
    semoga dapat hidayah dari Alloh (qs,thoha: 123-124)
    bukan yang tidak sholat/ kadangkala/ lalai.

    ReplyDelete